Posting Lalu

Kamis, 16 Desember 2010

kalau gak suka ya jangan dibaca.......!!!

         Cinta, banyak orang mengatakan kalau cinta itu buta, cinta laksana pedang yang terhunus siap menebas siapa saja yang dihadapannya. Tapi itu bukan namanya cinta sob…! Cinta punya mata, punya telinga, punya perasaan, dan cinta itu hidup, cinta memberikan keindahan tersendiri bagi pelakunya, hehehe… tau aja padahal gak tau. Kalau orang bilang cinta bisa ngerubah segalanya, ngerubah preman jadi ustadz, bodoh jadi pandai, malas jadi rajin, yang mati jadi hidup, ow kalo tu gak bisa namanya juga orang dah mati tapi kalo hatinya yang mati bisa aja kan.
         Ya… itulah saudaraku, cinta… cinta kalo dipandang dan dirasa enak juga tapi kalo dimakan gak tau yah….! Banyak orang rela mati demi cintanya, mereka adalah pejuang cinta sejati, cinta sejatinya yakni cinta hanya kepada Allah SWT, mereka tak tanggung-tanggung meninggal di medan perang demi cintanya dan menjadi mujahid. Subhanallah, indah bener yang namanya cinta. Tapi kalo kita denger akhir-akhir ini banyak orang yang mati demi cintanya, kayak berita di TV tuh. Seseorang meloncat dari tower laksana penerjun bebas tapi gak pakai parasut sih, sebelum loncat dia niatin dulu ‘Aku rela mati demi cintaku padamu’ (maksudnya cintanya kepada sesama manusia) wuesss…… nih orang dah loncat, eh…. gak ada yang mau nangkep, inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un, tewas ditempat deh. Tapi matinya nih orang gak bisa disebut sebagai pejuang cinta sejati atau mujahid, mereka laksana mati konyol, waduhh, sia-sia donk !. Putus cinta bukan berarti akhir hidup kita, toh masih ada waktu kalo memang masih ada umur, tapi bener juga omongan orang pinggir jalan kalau bersatu kita teguh, bercerai kita kawin lagi, hehehe….. gak ada matinya, mungkin aja dia bukan jodoh kita, trus ada juga yang bilang kalo ‘Cinta ditolak, dukun bertindak’, wah….. orang ke3 donk. Tapi jangan mbahas dukun toh aku juga asli orang Dukun, hehehe…….
          Tapi bagaimana cerita pemuda-pemudi yang sedang buai cinta? Waduhh, ku juga gak tau, tapi tergantung niatnya ja kan, kalo memang cintanya diniatkan karena Allah SWT dan mengharap ridho-Nya, ya insyaallah…… tapi aku pernah denger kalo ada beberapa golongan yang menjadi musuh syaithanirrajim, salah satu golongannya adalah pemuda-pemudi yang saling mencintai karena Allah SWT, wahh ! semoga aja aku termasuk. Amien…..
          Dah seliwar-seliwer nih, gak enak bikin capek aja ! tapi sob ku gak bisa komen lagi tentang masalah cinta, toh aku juga baru anak kemaren yang baru aja bisa bersihin ingusku sendiri. Tapi bagaimana ya rasanya jika kita ditinggal orang yang kita cintai dan sayangi ? he...mm, kalo yang ini aku bisa sedikit komen sob, ya mungkin ini pengalaman pribadiku aja yah (itung-itung curhat lah…!). Mungkin sudah hampir setahun lebih aku ditinggal mati sama nenekku, dia tuh orang yang aku cintai dan sayangi, meski namanya juga nenek-nenek yah ! identik bawel, suka marah-marah, selalu ngatur kehidupan kita, tapi ini yang bikin aku kangen (he…mm, merenung dikit gak apa-apa yah !). Oh ya… hampir lupa, rasanya bukan sakit lagi lebih dari itu malahan, saat-saat itu aku mengalami keterpurukan dalam hidupku, bahkan selang beberapa hari setelah kematian nenekku aku pun jatuh sakit dan harus istirahat total kurang lebih 9 hari, duh… berapa banyak uang yang dikeluarkan keluargaku ya….?
          Memang aku butuh waktu lama untuk bangkit, meski amanah menjadi ketua IPRA waktu itu sudah menanti. Huuhhh… gimana yah waktu itu aku bingung sekali, ku putuskan tuk pasang tampang kokoh namun hati hancur.
          Pengalaman ini buatku mengerti arti cinta dan kasih saying karena Allah SWT, sejak hari itu ku putuskan aku tidak akan melukai atau memainkan perasaan orang lain, termasuk kamu yang membaca tulisanku ini (tapi yang ku kenal aja yah….!) hehehe…., tapi saat ini pun aku masih takut akan kehilangan orang yang ku sayangi (wajarlah manusiawi). He…mm, berat ya hidup ini, tapi takkan berat kalau dipikul bersama-sama, bareng temen, keluarga, atau mungkin istri tercinta (hahaha….. itu bahasan nanti aja !). Tapi kalo boleh nanya…..? Bila seseorang bisa ngerubah hidup kita kearah yang baik, misalnya dia memberi motivasi, ajakan-ajakan yang baik, serta mengajak kita agar lebih dekat kepada Allah SWT, apa salah bagi kita bila timbul perasaan cinta dan sayang padanya, dan itupun kita mencintainya karena Allah SWT ? He..mm, bisa dijawab dihati masing-masing, dipostingin dikomentar, atau sebarin lewat media massa (kayak orang hilang aja).
         Ya udahlah namanya juga dilema, hehehe…… ya udah cukup sekian aja ya sob, pusing aku nulis ini semua, tapi ya gak apa-apa……. namanya juga saling berbagi. Sekian yah maaf bila ada salah…… 


Maaf pak Indra bahan ujian TIK ada diposting lama.....hehehe, yang ini nggak bisa nunggu untuk dipostingin !!!

Sabtu, 04 Desember 2010

Ujian TIK.....!!!

 Belajar Corel Draw


Kategori Buku : Software
ISBN : 978-979-29-0528-1
Penulis : Madcoms
Format/Jml. Hlm : 16x23, 228 halaman
Edisi/Cetakan : I, 1st Published
Thn Terbit : 2008
Harga : Rp. 39.500,-


Buku ini disusun dengan pola pembahasan yang simple, ringan, dan tidak bertele-tele, sehingga menjadikan buku ini mudah untuk dipelajari dan sangat pas jadi teman belajar yang asyik dan menyenangkan. Setiap pokok bahasannya disertai dengan sample dan contoh latihan yang akan embantu Anda dalam memahami isi materi dan pengaplikasiannya.

Seri buku komputer CorelDraw X4 untuk Pemula ini sangat cocok digunkan oleh para pelajar dan pemula yang ingin mengenal dan dapat menggunakan CorelDraw X4 dengan baik. Meskipun buku ini lebih dikhususkan untuk para pemula, namun isi materi yang dibahas cukup kompleks.

Pokok bahasannya meliputi:
• Menggambar dan mengolah objek grafis
• Memberi warna objek
• Bekerja dengan page
• Membuat dan mengolah objek teks
• Membuat dan mengolah objek artistik media
• Memberi efek pada objek
• Memasang efek pada objek bitmap
• Mencetak laporan

Tulisan ini saya kutip dari :
http://www.beritanet.com/Literature/Books/corel-draw-X4-pemula.html


Belajar Power Point

"Ketika Saya Membuat Tayangan Dengan Power Point"
 
Powerpoint, adalah satu-satunya software yang saya kuasai untuk membuat tayangan presentasi. Tapi ternyata menguasai materi presentasi jauh lebih penting daripada menguasai Powerpoint….
Pertama kali saya presentasi di depan prof. Abdul Halim, saya dapat komentar: “lain kali, kalau mau presentasi, baca dulu, belajar dulu! Bukan baca untuk belajar disini… Saya ngga ngerti kamu tadi cerita apa… Emang, kamu juga ngerti bribe itu apa?”….  (kebetulan, artikel yg saya bawakan bertopik: bribe)….  Iya,  prof. Halim betul. Saya tidak paham dengan apa yg saya presentasikan. Saya hanya membacakan powerpoint, copy-paste dari MsWord terjemahan, ke slide msPowerpoint.
Waktu saya presentasi tentang Philosophy of Science di kelas Prof.Abdul Halim bertanya:
“Pep! tu kamu pasang gambar awan maksudnya apa?”… Saya kaget. Dalam hati: “kok… pertanyaannya ngga penting?….” (aduh, maaf prof., saya sempat mbatin gitu, hehehe…). Saya bengong.
Tapi mikir juga: “iya juga ya…. ngapain aku masang gambar awan disitu….”

Kamis, 02 Desember 2010

Hanya Kepada-Mu


Menangis hatiku, tercurah tak bersisa
Usapan sehelai kain basah, menyepi diantara keindahan
Hirup pikuk hati ini, ku hirup serpihan kaca menuju jiwaku, tak bergeming walau inginku jatuh
Api syeitan membakar mata hati, menetes dan meresap dalam jiwaku
Mentari jiwa terangi hingga sudut kehidupanku
Miris hati ini teringat akan hal itu, ku rajut dan ku rajut hingga menjadi kain yang kokoh
Aku… pantaskah diriku ini, berlumur dosa bermandikan air yang hina
Demi nama-Mu aku berserah diri, tersujud hatiku dibawah tiang rumah-Mu, menanti cahaya ampunan-Mu

Hidayah-Mu yang menarik jiwaku, bermandikan air jernih membersihkan tinta yang mencoret keyakinanku
Allahu akbar… tiada yang berhak disembah melainkan Engkau
Surga-Mu adalah janji-Mu yang terindah, tersujud jiwaku diatas sajadah ini
Bergeming bibirku menyebut asma-Mu, ya Allah…
Izinkanku menghuni surga-Mu, kan ku ganti baju hitam dengan baju putih. Allahu rabbi, terimalah tobat hamba-Mu, wahai rabbul ‘alamin

Sabtu, 09 Oktober 2010

Jabat Tangan, Halal Atau Haramkah?

    Fenomena jabat tangan dalam masyarakat Indonesia memang sangat luar biasa, hal ini terbukti ketika kita melihat dua orang teman, atau saudara, atau relasi kerja saat mereka berdua bertemu mereka akan berjabat tangan setelah mengucapkan salam atau menanyakan kabarnya. Bahkan jabat tangan sudah menjadi tradisi bagi masyarakat kita saat bertemu teman atau sanak saudara. Atau ada beberapa kalangan masyarakat yang lebih dari melakukan tradisi jabat tangan, saat mereka bertemu dengan teman atau saudara mereka akan melakukan jabat tangan lalu memeluk teman atau saudaranya tersebut diteruskan dengan cipika-cipiki. Subhaanallah, begitu kental rasa saling menghormati dan menyayangi dalam masyarakat kita.
   Jabat tangan, begitu sederhana kita mengucapkan kata tersebut, namun dibalik kesederhanaannya, jabat tangan mempunyai arti atau makna yang sangat mendalam. Jabat tangan yang baik dan benar bisa menimbulkan arti sebuah jabat tangan yang sesungguhnya, rasa dihormati, rasa disayangi, serta timbul kehangatan diantara dua orang yang berjabat tangan.

      Dalam dunia kerja kita mengenal beberapa istilah jabat tangan antara lain: dead fish, bone chruser, dan wet fish. Ketiga istilah jabat tangan ini adalah jabat tangan yang tak bagus untuk dilakukan. Dead fish adalah tipe jabat tangan yang “malas”, yaitu memberikan tangan saja, tanpa digenggam, seperti ikan mati. Kedua bone chruser, biasa datang dari atas, lalu menggenggam sangat kencang seperti mau meremukkaan tulang. Walau niatnya untuk menunjukkan tipe orang yang keras, namun jabat tangan ini justru menunjukkan tipe agresif. Ketiga wet fish, menunjukkan tipe orang yang memiliki masalah dengan kepercayaan diri. Ketiga tipe jabat tangan tersebut seharusnya kita tinggalkan, jabat tangan yang baik adalah menggenggam dengan erat dan berikan senyuman hangat. 

      Bagi seorang muslim jabat tangan merupakan sunnah Nabi SAW. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, ia berkata, “Seseorang pernah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, salah seorang dari kami berjumpa dengan temannya, apakah ia perlu merunduk kepadanya?’ ‘Tidak,’ jawab beliau. ‘Apakah ia memeluk dan menciumnya?’ ‘Tidak,’ jawab beliau. ‘Apakah ia berjabat tangan dengannya?’ ‘Ya, kalau ia menghendakinya,’ jawab beliau.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Baihaqi dan Imam Malik). 

      Jabat tangan sudah menjadi adat istiadat atau tradisi dalam masyarakat modern saat ini, bahkan jabat tangan bukan hanya dilakukan oleh laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan, namun banyak dari beberapa kalangan sudah menganggap biasa berjabat tangan dengan lawan jenis lawau sudah jelas ia bukan mahramnya. Kebiasaan ini sudah biasa dilakukan oleh kalangan pemuda dan pemudi, bila salah satu dari mereka tidak melakukannya mereka akan dituduh sebagai orang kolot, ketinggalan jaman, kaku, sulit beradaptasi, ekstrim hendak memutuskan tali silaturrahmi, dan tuduhan miring lainnya.

      Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ma’qil bin Yasar ra, yang arti haditsnya, “Seandainya kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik baginya dari pada menyentuh perempuan yang tidak halal baginya.”

      Dalam riwayat lain Aisyah ra berkata, “Tangan Rasulullah SAW tidak pernah menyentuh tangan seorang wanita, kecuali tangan wanita yang beliau nikahi.” (HR. Bukhori dan Tirmidzi)

      Jabat tangan bukan hanya milik mereka yang bertemu dengan teman lama atau saudara yang tinggal ditempat yang jauh. Namun bagi mereka yang ingin meminta maaf kepada orang lain juga tak bias lepas dari tradisi jabat tangan. Minta maaf, mendengar kata ini kita bisa menengok sedikit ketika hari Idhul Fitri, ketika kita hendak meminta maaf kepada orang lain tanpa dikomando ataupun diperintahkan tangan kita akan langsung memegang tangan orang yang kita mintai maaf, sambil mengutarakan kata maaf kepadanya. Hari Idhul Fitri dapat juga dimanfaatkan oleh sebagian kalangan untuk memperoleh kesempatan dalam keterbukaan, mereka yang tidak mengerti atau bahkan mengerti mengenai syariat Islam, mereka tidak segan-segan berjabat tangan dengan teman, tetangga, atau sebagainya yang notabennnya bukanlah mahram baginya, dan bila perlu ia membumbuhinya dengan sedikit pelukan. Dan lebih parahnya lagi mereka berdalih apa yang mereka lakukan adalah salah satu upaya meminta maaf kepadanya dan menjalin tali silaturrahmi dengannya, naudzubillahi min dzalik. Apa yang mereka utarakan benar-benar salah, padahal dengan mengucapkan kata maaf atau kita memaafkan mereka sebelum mereka meminta maaf kepada kita saja sudah cukup. 

       Sungguh ironi, jabat tangan memang membawa kebaikan antara kedua orang yang melakukannya, namun bila suatu kebaikan alih fungsikan untuk berbuat kejelekan, sungguh benar-benar berdosa orang yang melakukan perbuatan ini. Memang indah apa yang diajarkan dalam Islam, jabat tangan memang sesuatu yang membawa berkah tersendiri bagi orang yang melakukannya, namun bila kita melencengkan fungsi utama dari jabat tangan maka hal ini akan membawa kemadharatan bagi kita sendiri.



Terinspirasi dari buku terjemahan yang ditulis oleh Muhammad Al – Muqaddam yang berjudul “Jabat Tangan Yang Membawa Dosa” dengan judul asli “Adillatu Tahrimi Mushafahatil Ajnabiyah”.

Sabtu, 04 September 2010

Berawal Dari Huruf Namaku


Datang Cahaya Kebenaran
Oleh: Muhammad Hasbi

Malam gelap tanpa ada cahaya, hanya gerombolan awan hitam
Udaranya menusuk hingga tulang
Hamparan angin berhembus
Adakah yang melindungi?
Matahari terbit seperti datangnya pencerahan
Mulai muncul cahaya islam, dalam benak orang yang gelap hatinya
Ajaran-ajaranya sangat baik
Datang pertolongan Allah untuknya

Hari yang baru telah tiba
Allah memberikan syafaat kepadanya
Sampailah cahaya iman kepadanya
Beribadah kepada-Nya dan berbuat baik kepada sesama
Iman... itulah dia!

Ku Ingin Kau Ada Disini
Oleh: Muhammad Hasbi

Melihatmu, jantungku berdetak bagai derasnya ombak. Bagai angin terus bergemuruh saat badai.
Ujung bumi kan terus ku kejar, namun aku tak tau apa yang harus ku lakukan, saat itulah ku temukan dirimu...!
Hitam pekat noda tinta ini, terus aku bersihkan. Namun semakin lama tak mau memudar. Hingga ku putuskan tuk disini menunggumu.
Ada kata yang tak bisa aku ucapkan saat jumpa denganmu, mungkin aku seperti orang bisu, yang kehilangan lidah saat berkata.
Mentari muncul diantara himpitan awan hitam, mulai meresap cahaya dimata hatiku. Aku bulatkan tekad tuk berubah, yang dulu buruk menjadi lebih baik
Menatap wajahmu, aku tak bisa. Itu hanya akan menambah deretan catatan hitam untuk diriku. Karena ini belum saatnya bagi kita
Aku bagai burung dalam sangkar, yang belum bisa terbang dengan sayapku sendiri. Aku masih perlu bimbingan tuk lurus dalam jalan Ilahi.
Dik... maukah kau disini menemaniku, mendukungku, dan mendo’akanku

Hingga sampai saatnya bagi kita nanti, seperti rembulan yang terus ditemani bintang
Aku hanya manusia biasa yang tak sempurna, aku membutuhkanmu saat sedih atau senang.
Sayangnya... sekarang belum saatnya. Ku kan tunggu saat fajar mulai menyapa hingga mentari mulai redup cahayanya.
Bisakah kita akan terus bersama. Seperti air dan gula saat bersama serasa manis hidup ini
Impianmu dan impianku, kan ku kunci dalam sebuah kotak yang tertulis cinta suci.

 Angan-Angan Yang Tersisih
Oleh: Muhammad Hasbi

Mungkin ini, benih yang kau tabur, dan kau jaga hingga tumbuh tinggi. 
Uap-uap air semakin hilang, tanpa kau sadari itu akan menjadi semakin besar. 
Hamparan awan putih menjauh, sengatan sang mentari membuatmu lemah 
Angin terus menggodamu, tak pernah henti siang atau malam 
Mentari trus memperhatikanmu, menunggumu hingga kau jatuh 
Malam berganti siang, semakin lama engkau semakin lemah, semakin tinggi semakin rapuh akar-akarmu
Antara penderitaan dan keteguhan, daunmu semakin lama banyak yang gugur, namun kau terus naik tanpa memperhatikan akarmu
Dari sinilah aku duduk, memperhatikanmu, memahamimu, namun aku disini menentangmu

Harapanmu semakin tinggi, harapan untuk menjadi tanaman yang kuat kau angankan, tetapi kau lupa akan sesuatu?
Akar-akarmu semakin rapuh, dan kau tak tau akan hal itu!
Seperti itulah kondisimu sekarang, hai kelopak bunga kau tak lihat akar-akarmu?
Bahkan bencana seperti ini belum menyadarkanmu, wahai bapak pemimpin negeri, tahukah kau betapa mirisnya pendidikan putra putrimu di pojok negeri ini.
Ingin kau menjadi lebih kuat, namun kau lupa tempat asal kau berada, hanya jurang pemisah yang membuatmu jauh dari mereka!

Senin, 09 Agustus 2010

Ketika Terucap Doa dan Harapan


oleh : Muhammad Hasbi


            Pagi ini merupakan hari terakhir bagi Husin tinggal di kota ini. Ayahnya menyuruhnya untuk pindah ke Pondok Pesantren yang berada di pedasaan. Ayahnya menginginkan ia untuk banyak mengenyam pendidikan agama yang mendidik moral ketimbang di sekolah-sekolah umum yang mementingkan aspek pelajaran umum.
            Husin memang dari kecil telah bersekolah di sekolah negeri, hal itu yang membuat ia kurang mengerti soal akhlak-akhlak kepada orang yang lebih tua dan terkadang ia bersikap kurang ajar kepada orang tuanya sendiri. Husin adalah anak tunggal, hal itulah yang membuat kedua orang tuanya memanjakan Husin.
            “Husin, bagaimana barang-barangmu, sudah kau siapkan?” tanya Ayah Husin.
            “Sebentar, Yah. Tinggal sedikit lagi aku akan menuju ke bawah!” jawab Husin.
            Selang beberapa waktu, Ayah Husin mengantarkannya menuju ke Pondok Pesantren barunya. Husin memang terlihat agak kurang setuju untuk sekolah di Pondok Pesantren, Husin berkeinginan untuk melanjutkan ke SMKN di kota tinggalnya, ia memang ahli dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, namun apa daya ia tidak bisa menentang keinginan kedua orang tuanya, meski sikapnya terkadang kasar namun dalam benaknya ia tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya.
            “Husin...?” tanya Ayah.
            “Iya, Yah...!” jawab Husin
            “Alasan mengapa Ayah menyekolahkanmu ke Pondok Pesantren adalah supaya kamu lebih mengerti agama Islam, jika kamu sudah mengerti kamu akan bisa memaknai arti kehidupan ini. Kita bukan hanya hidup di dunia ini tapi juga di akhirat. Ayah ingin kamu bisa membanggakan Ayah dan Ibumu ini dengan perubahan sikapmu ke arah lebih baik.” Nasihat Ayah kepada Husin.
            Husin hanya terdiam memandang ke arah luar kaca mobil, dalam benaknya ia ingin berubah namun berat sekali menjalankannya.
            Saat mereka tiba di sana keduanya disambut oleh Pemangku Pesantren, kebetulan Pemangku Pesantren ini adalah kenalan Ayah Husin. Tak selang beberapa lama Husin ditunjukkan di mana ia akan tinggal selama beberapa tahun, tempat yang tidak akan terpikirkan oleh Husin atau tidak akan terbayang olehnya, kondisi tempat ini jauh dari kondisi tempat dimana selama ini Husin tinggal. Dalam satu kamar saja Husin harus berdesak-desakan dengan belasan teman barunya, kamar mandinya pun tak seperti apa yang ada di rumahnya, benar-benar jauh dari harapan Husin.
            Husin memang anak yang gampang mengakrabkan diri, hanya selang beberapa jam ia sudah bisa mendapatkan teman. Salah seorang temannya adalah Abu Bakar, disana ia bisa menyesuaikan kondisi dimana ia berada. Setiap setelah jamaah maghrib ia bersama teman-temannya tartil al-Qur’an, maklum Husin lama tinggal di kota sehingga ia jarang membaca al-Qur’an itupun kalau ada maunya sehingga ketika gilirang ia membaca ia banyak sekali melakukan kesalahan dalam bacaan, semakin lama ia tambah kesal karena banyak sekali bacaannya yang salah.
            “Ah...aku bosan terus salah!” keluh Husin kepada temannya.
            “Loh, tidak apa-apa Sin, kita semua disini sedang belajar juga!” sahut Abu Bakar memberi pengertian kepada Husin.
            “Aku muak, aku mau pergi!” sahut Husin dengan nada kasar.
            Kejadian ini membuat teman-teman baru Husin kecewa dengan sikapnya termasuk Abu Bakar, kejadian ini kemudian didengar oleh Ustadz Sholeh salah seorang teman dari Ayah Husin. Ustadz Sholeh mendengar hal ini langsung bertindak cepat ia kemudian mencari Husin, ia menanyakan keberadaan Husin  kepada semua teman sekamar, namun tak seorang pun tahu, Ustadz Sholeh berjalan menyusuri depan kamar-kamar santri berharap akan menemukan Husin, tak selang beberapa lama ia bertemu dengan Abu Bakar teman baru Husin, Abu Bakar mengatakatan kalau Husin sekarang sedang duduk-duduk di pinggir kolam dekat asrama. Ustadz Sholeh langsung menghampiri Husin dan berbincang-bincang dengan Husin.
            “Husin...kamu sedang memikirkan apa?” tanya Ustadz Sholeh mengawali pembicaraan.
            “Tidak, Ustadz!” jawab Husin singkat.
            “Ustadz tahu apa yang kamu pikirkan, kamu tidak suka sekolah di Pondok Pesantren ini kan?” tanya Ustadz Sholeh.
            Husin terkejut mendengar perkataan Ustadz Sholeh, hal itulah yang dipikirkan oleh Husin, ia pun melirik ke arah Ustadz Sholeh.
            “Belajar itu memeng membutuhkan kesabaran, ibaratnya kita sedang mencari barang kita yang hilang, kita harus fokus terhadap benda yang kita cari itu, banyak bersabarlah dan berdoalah kepada Allah agar engkau diberi kemudahan.” Nasihat Ustadz Sholeh.
            Setelah mendapatkan nasihat dari Ustadz Sholeh hari tak terasa sudah larut ia kemudian dipersilahkan kembali ke kamarnya untuk istirahat. Namun ia tidak bisa tidur karena dalam pikirannya ia terus memikirkan nasihat dari Ustadz Sholeh, terkadang ia teringat nasihat dari Ayahnya. Dia bingung dengan semua yang terjadi, ia tidak bisa tidur walau kedua jarum jam sudah menujuk ke angka dua belas. Husin mencoba keluar dari kamarnya dan duduk melamun. Tak disangka dalam lamunannya ia dikejutkan oleh Abu Bakar sahabatnya yang baru ia kenal. Mereka pun berbincang memecah sunyinya malam, Abu Bakar meminta Husin untuk menceritakan apa yang ia pikirkan, awalnya Husin tidak mau bicara sedikitpun tentang hal yang ia pikirkan, namun akhirnya Husin mau menceritakan masalah yang sedang ia pikirkan, sebagai seorang sahabat Abu Bakar terdiam mendengarkan keluh kesah dari temannya itu, ia lalu mencoba memberi nasihat supaya ia segera sholah dan berdoa kepada Allah agar diberi kemudahan.
            Tidak disangka semua nasihat Abu Bakar dilakukan oleh Husin, ia pun merasa sedikit lebih tenang dan mencoba bertahan disini untuk mewujudkan keinginan kedua orang tuanya. Hal inilah yang membuat tali persahabatan keduanya semakin erat disaat belajar atau sedang jalan-jalan mereka selalu bersama, Husin merasa tenang dengan keadaannya yang sekarang. Hari demi hari terus dijalani oleh Husin di Pondok Pesantren ini, ia mencoba terus bertahan terlebih sekarang ada Abu Bakar sahabatnya yang selalu menemaninya dan memberi nasihat ketika ia mendapat masalah. Semakin lama ia merasa hidupnya semakin tentram, hatinya juga tidak gelisah seperti dulu lagi.
            Hari-hari yang membahagiakan bagi Husin terlebih ia bisa belajar tentang agamanya sendiri dan mendapat pengalaman-pengalaman hidup. Tidak terasa hampir setahun Husin tinggal di Pondok Pesantren ini, semakin lama mulai nampak perubahan pada diri Husin, dulu Husin adalah anak yang tidak sabaran namun sekarang malah sebaliknya, Husin yang dulu baca al-Qur’annya tidak lancar malah sekarang tambah lancar dan ia juga bisa mengartikan beberapa dari ayat-ayat al-Qur’an.
            Perubahan pada diri Husin telah didengar oleh kedua orang tuanya melalui Ustadz Sholeh. Ustadz Sholeh yang pada saat itu sedang berkunjung ke kota orang tua Husin berada menceritakan perubahan-perubahan yang ada pada diri Husin sekarang. Mendengar cerita dari Ustadz Sholeh kedua orang tuanya bersyukur kepada Allah dan merasa bangga dengan anaknya yang sekarang. Kedua orang tua Husin lalu mengurungkan niat untuk menyambangi Husin, mereka takut kedatangan mereka akan memecahkan kosentrasi Husin dalam menimba ilmu di Pondok Pesantren.
            Semakin lama Husin tinggal di Pondok Pesantren membuat ia semakin betah, terlebih sekarang ia bisa mengajarkan kemampuannya dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi kepada teman-temannya, walaupun hanya bermodal tiga buah perangkat komputer namun Husin tetap bersemangat mengajarkan ilmunya kepada mereka. Melihat teman-temannya yang bersemangat dalam menangkap ilmu yang disampaikannya, Husin terkadang bermimpi ingin memajukan Pondok Pesantrennya melaui kemampuan yang dimilikinya. Husin dan beberapa temannya termasuk Abu Bakar akan berupaya untuk membentuk sebuah tim yang akan mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi di Pondok Pesantren mereka. Kabar keinginan Husin dan teman-temannya telah didengar oleh Pemangku Pesantren dan Ustadz Sholeh, mereka memberikan lampu hijau kepada mereka untuk mengembangkan keinginan mereka di Pondok Pesantren ini, Ustadz Sholeh bersama dengan Ustadz-Ustadz lainnya berupaya untuk mencari dana untuk mendirikan laboratorium komputer di Pondok Pesantren. Alhamdulillah dengan uang infak dari para alumni dan penduduk sekitar akhirnya mereka bisa membangun laboratorium komputer lengkap dengan akses internet.
            Suatu ketika Husin mendengar ada perlombaan IPTEK, Husin kemudian membicarakan hal ini dengan teman-temannya, ternyata ia mendapat respon baik dari teman-temannya dan mereka berusaha agar keinginan mereka akan terkabul. Tanpa buang waktu lagi Husin dan teman-temannya langsung menemui Ustadz Sholeh dan menceritakan kabar ini.
            “Ustadz, kami ingin sekali mengikuti perlombaan ini!” pinta Husin.
            “Sebetulnya saya tidak bisa memutuskannya sekarang, saya akan berkordinasi dengan Bapak Kyai Pemangku Pesantren untuk memutuskannya, apa kalian diperbolehkan atau tidak?” jawab Ustadz Sholeh.
            Ustadz Sholeh kemudian menemui Bapak Pemangku Pesantren, mereka lalu membahas tentang perlombaan ini. Awalnya mereka agak tidak setuju dengan permintaan Husin dan teman-temannya, namun melihat kegigihan mereka dalam kelompok yang mereka buat akhirnya Ustadz Sholeh, dan Bapak Pemangku Pesantren mengizinkan mereka mengikuti perlombaan tersebut. Mendengar kabar permintaan mereka dikabulkan, Husin dan teman-temannya setiap hari giat berlatih dan berdoa semoga mereka diberi kelancaran dalam perlombaan tersebut.
            Hari yang dinanti pun tiba, berbekal kendaraan dari Pesantren mereka berangkat dengan perasaan bahagia dan mereka ingin mengharumkan nama Pondok mereka. Dalam perjalanan pun mereka tak henti berdoa kepada Allah agar diberi kemudahan dalam melaksanakan tugas mereka. Setelah mereka sampai ditempat perlombaan Abu Bakar merasa agak canggung melihat lawan-lawannya yang akan bersaing dengannya, perasaan minder bukan hanya dirasakan Abu Bakar saja namun teman-temannya juga, maklumlah mereka baru mengenal teknologi informasi dan komunikasi baru-baru ini. Seusai perlombaan, mereka kemudian berbincang-bincang sambil menuju ke mushollah dekat dengan tempat perlombaan.
            “Hai, teman ayo kita sholat dhuhur dulu, sekarang sudah jam satu siang!” kata Husin mengajak temannya.
            “Ayo..kita sholat. Eh aku sedikit ragu dengan hasil yang kita akan capai, apa kita bisa meraih hasil yang baik...?” sahut temannya yang lain.
            “Apapun hasilnya kita terima saja, kan kita sudah berusaha dengan semaksimal mungkin. Setelah sholat kita berdoa supaya kita diberi hasil yang terbaik.” Jawab Husin menyakinkan temannya.
            Mereka pun langsung melaksanakan sholat dhuhur. Seusainya mereka berkumpul di tempat pengumuman, tidak lama kemudian dewan juri mengumumkan hasil dari penilaian mereka, dewan juri hanya memilih peringkat sepuluh besar yang nantinya akan melanjutkan ke babak selanjutnya. Setelah diumumkan peringkat sepuluh besar ternyata kelompok Husin dan teman-temannya berada diperingkat ke dua belas, meski hasilnya mereka tidak bisa melanjutkan ke babak selanjutnya namun mereka tetap bahagia bisa menempati peringkat ke dua belas, bahkan mereka mendapatkan penghargaan dari Departemen Agama karena mereka adalah satu-satu peserta yang berasal dari Pondok Pesantren dan hasilnya pun lumayan bagus, menempati peringkat ke dua belas dari sembilan puluh lima peserta dari berbagi sekolah swasta dan negeri.
            Husin, Abu Bakar, dan teman-teman lainnya tidak menyangka bisa mengharumkan nama Pondok Pesantren mereka di ajang telekomunikasi dan infomasi. Dengan prestasi yang dicapai oleh Husin dan kawan-kawannya banyak santri-santri yang berminat pada teknologi informasi dan komunikasi, mendengar antusias dari saudara-saudaranya Husin, Abu Bakar, dan teman-temannya dengan senang hati memberikan pengajaran kepada saudara-saudara mereka yang baru bergabung.


to be continued.....!