Posting Lalu

Sabtu, 04 September 2010

Berawal Dari Huruf Namaku


Datang Cahaya Kebenaran
Oleh: Muhammad Hasbi

Malam gelap tanpa ada cahaya, hanya gerombolan awan hitam
Udaranya menusuk hingga tulang
Hamparan angin berhembus
Adakah yang melindungi?
Matahari terbit seperti datangnya pencerahan
Mulai muncul cahaya islam, dalam benak orang yang gelap hatinya
Ajaran-ajaranya sangat baik
Datang pertolongan Allah untuknya

Hari yang baru telah tiba
Allah memberikan syafaat kepadanya
Sampailah cahaya iman kepadanya
Beribadah kepada-Nya dan berbuat baik kepada sesama
Iman... itulah dia!

Ku Ingin Kau Ada Disini
Oleh: Muhammad Hasbi

Melihatmu, jantungku berdetak bagai derasnya ombak. Bagai angin terus bergemuruh saat badai.
Ujung bumi kan terus ku kejar, namun aku tak tau apa yang harus ku lakukan, saat itulah ku temukan dirimu...!
Hitam pekat noda tinta ini, terus aku bersihkan. Namun semakin lama tak mau memudar. Hingga ku putuskan tuk disini menunggumu.
Ada kata yang tak bisa aku ucapkan saat jumpa denganmu, mungkin aku seperti orang bisu, yang kehilangan lidah saat berkata.
Mentari muncul diantara himpitan awan hitam, mulai meresap cahaya dimata hatiku. Aku bulatkan tekad tuk berubah, yang dulu buruk menjadi lebih baik
Menatap wajahmu, aku tak bisa. Itu hanya akan menambah deretan catatan hitam untuk diriku. Karena ini belum saatnya bagi kita
Aku bagai burung dalam sangkar, yang belum bisa terbang dengan sayapku sendiri. Aku masih perlu bimbingan tuk lurus dalam jalan Ilahi.
Dik... maukah kau disini menemaniku, mendukungku, dan mendo’akanku

Hingga sampai saatnya bagi kita nanti, seperti rembulan yang terus ditemani bintang
Aku hanya manusia biasa yang tak sempurna, aku membutuhkanmu saat sedih atau senang.
Sayangnya... sekarang belum saatnya. Ku kan tunggu saat fajar mulai menyapa hingga mentari mulai redup cahayanya.
Bisakah kita akan terus bersama. Seperti air dan gula saat bersama serasa manis hidup ini
Impianmu dan impianku, kan ku kunci dalam sebuah kotak yang tertulis cinta suci.

 Angan-Angan Yang Tersisih
Oleh: Muhammad Hasbi

Mungkin ini, benih yang kau tabur, dan kau jaga hingga tumbuh tinggi. 
Uap-uap air semakin hilang, tanpa kau sadari itu akan menjadi semakin besar. 
Hamparan awan putih menjauh, sengatan sang mentari membuatmu lemah 
Angin terus menggodamu, tak pernah henti siang atau malam 
Mentari trus memperhatikanmu, menunggumu hingga kau jatuh 
Malam berganti siang, semakin lama engkau semakin lemah, semakin tinggi semakin rapuh akar-akarmu
Antara penderitaan dan keteguhan, daunmu semakin lama banyak yang gugur, namun kau terus naik tanpa memperhatikan akarmu
Dari sinilah aku duduk, memperhatikanmu, memahamimu, namun aku disini menentangmu

Harapanmu semakin tinggi, harapan untuk menjadi tanaman yang kuat kau angankan, tetapi kau lupa akan sesuatu?
Akar-akarmu semakin rapuh, dan kau tak tau akan hal itu!
Seperti itulah kondisimu sekarang, hai kelopak bunga kau tak lihat akar-akarmu?
Bahkan bencana seperti ini belum menyadarkanmu, wahai bapak pemimpin negeri, tahukah kau betapa mirisnya pendidikan putra putrimu di pojok negeri ini.
Ingin kau menjadi lebih kuat, namun kau lupa tempat asal kau berada, hanya jurang pemisah yang membuatmu jauh dari mereka!